WISUDA STPMD “APMD” JOGJA

Wisuda STPMD “APMD” hari Sabtu tanggal 30 November 2019 diikuti oleh 195 peserta dari 5 program studi. Program Diploma III PMD sebanyak 14 peserta, wisudawan/wati terbaik diraih oleh Khori Khairu Tunisa, A.Md dengan IPK: 3,62. Program Sarjana Ilmu Sosiatri/ Pembangunan Sosial sebanyak 25 peserta, wisudawan/wati terbaik diraih oleh Anisak Nur Latifah, S.Sos dengan IPK: 3,86. Program Sarjana Komunikasi sebanyak 20 peserta, wisudawan/wati terbaik diraih oleh Kiki Marina Indriasari, S.I.Kom. dengan IPK: 3,54. Program Sarjana Ilmu Pemerintahan sebanyak 82 peserta, wisudawan/wati terbaik diraih oleh Muslimatun Meilina Triwardani, S.I.P. dengan IPK: 3,68. Program Magister Ilmu Pemerintahan sebanyak 54 peserta, wisudawan/wati terbaik diraih oleh Azis Ahmad, S.Sos., M.I.P dengan IPK: 3,85.

Wisuda diselenggarakan di Auditorium STPMD “APMD” jalan Timoho 317 Yogyakarta. Aparatur pemkab Tambraw turut diwisuda pada Program Magister Ilmu Pemerintahan sebanyak 19 orang. Turut memberikan sambutan Ketua Keluarga Alumni Pembangunan Masyarakat Desa (Kapemada) Bapak As Martadani Noor dan Sambutan dari Keluarga Besar Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 Yogyakarta yang disampaikan oleh Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 yakni Bapak Drs. Sumarjono, M.Si.

Adapun sambutan Ketua STPMD “APMD” (Dr. Sutoro Eko Yunanto) diberi judul “Melepas, Mengangkat dan Mengubah”. Dalam sambutanya beliau menyampaikan bahwa Wisuda adalah perbuatan melepas dan mengangkat. Keduanya memiliki makna perubahan. Pertama, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”, kemarin mendidik dan melayani mahasiswa sebagai anak didik, hari ini, melepas status mahasiswa anak didik itu menjadi sarjana dan alumni. Sebaliknya para mahasiswa juga sukses lepas dari lorong jalan panjang, dari hulu ke hilir, dari pangkal ke ujung, dari SIKAM sampai wisuda. Proses pelepasan ini butuh olah logika, olah wacana, olah karsa, olah rasa, olah raga dan olah dana, dengan proses yang sulit dan menyebalkan, meski juga ada banyak kegembiraan. Di balik kesulitan dan kesebalan itu terdapat hikmah bermakna, yang memberi empowering dan pengalaman berharga, sebab kesulitan dan kesebalan selalu hadir di setiap ruang dan waktu. Karena itu kami mengucapkan selamat kepada para wisudawan yang telah sukses lepas dari lorong panjang dan lepas dari statu lama memperoleh status baru. Pada hari ini juga, kami melepas wisudawan/wati dan alumni, sekaligus menyerahkan kembali kepada orang tua maupun keluarga, kami sertai dengan penghargaan yang luhur dan terima kasih yang agung kepada masyarakat yang telah memberi kehormatan kepada kami.

Meskipun telah lepas, alumni tetap menjadi anggota keluarga besar Sekolah Tinggi. Besok pulang kampus, suatu saat nanti, akan pulang kampus, baik untuk naik kelas ke Magister, atau untuk reuni temu kangen, atau yang lebih penting, pulang kampus hadir sebagai mitra yang berdarma bakti untuk almamater. Kami selalu berharap bahwa alumni tidak hanya membentuk paguyuban untuk temu kangen, tetapi juga membuat jaringan dan syukur juga kartel, yang saling membantu di level daerah, sekaligus juga mendukung kepentingan almamater.

Kedua, wisuda sebagai perubahan mengandung makna “mengangkat” atau menaikkan pendidikan, derajat, gelar, status, termasuk harkat-martabat, dari menengah menjadi tinggi, dari tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam teori sosial, proses mengangkat ini disebut sebagai mobilitas sosial secara individual. Kenaikan kelas ini harus disyukuri secara seksama, selain karena sukses dalam mobilitas sosial, juga karena tidak setiap orang di republik ini, memiliki kesempatan dan kesanggupan mengakses mobilitas sosial. Sampai saat ini baru ada 5,3% orang Indonesia yang bisa menikmati akses sekolah ke perguruan tinggi. Secara umum tingkat pendidikan orang Indonesia baru pada level SMP.

Para sarjana lulusan Sekolah Tinggi yang sudah terangkat itu mempunyai kewajiban moral dan sosial untuk “mengangkat” orang lain, sebagaimana pesan Bapak Bangsa, Soekarno, tentang “ilmu yang amaliah, dan amal yang ilmiah”. Pertama, apapun profesinya, lulusan APMD mempunyai pengetahuan dan karakter sebagai sarjana sujana yang beramal dan bermanfaat untuk orang banyak, berpihak kepada rakyat, pinggiran, lokal dan desa. Bagi para sarjana yang sudah menduduki profesi sebagai Aparat Sipil Negara, jadilah penjaga republik (republic guardian), yang selalu melindungi dan melayani warga dengan vocation, hati, cinta dan kebajikan. Sejumlah alumni yang menyumbang tulisan dalam buku Memuliakan Desa: Pemikiran dan Sepak Terjang 50 Tahun Sutoro Eko (APMD Press, 2019) adalah para sosok sarjana sujana yang kami sebut itu. Kedua, sarjana jusana lulusan APMD yang beramal-bermanfaat itu, harus tetap ilmiah. Ini bukan berarti meminta sarjana menjadi ilmuwan. Bukan begitu. Tetapi apapun profesinya, lulusan APMD, dalam beramal tetap berilmu.

Dua hal, ilmu dan amal, itu merupakan makna pendidikan dan keilmuan yang hakiki. Ia bukan sekadar mengangkat mobilitas sosial sarjana, tetapi para sarjana APMD hadir menjadi bagian dari proses transformasi sosial, yang mengubah hidup orang lain atau institusi orang banyak. Pertama, sarjana berperan penting melakukan enabling dan empowering terhadap terhadap kaum pinggiran dan rakyat, yang tidak sanggup menikmati mobilitas sosial, agar mereka juga menikmati naik kelas meskipun tidak harus menjadi sarjana, misalnya dari hidup yang bertahan menjadi hidup yang berkembang. Kedua, memanfaatkan institusi – baik organisasi rakyat, organisasi masyarakat, desa, daerah, dan lain-lain – bukan semata untuk mempertahankan order dengan “rutininas yang rutin” tetapi untuk mengubah keadaan, termasuk memfasilitasi kepentingan orang banyak.

Sampai November 2019, STPMD “APMD” telah meluluskan sebanyak 16.458 orang. Kami ucapkan selamat dan sukses untuk para wisudawan dan wisudawati. Upacara wisuda ini merupakan awal dari perjuangan selanjutnya ditengah masyarakat… tetaplah semangat, semoga Tuhan YME senantiasa menyertai dalam meraih cita-cita…aamiin3x. (Suharyanto-Wakil Ketua II)

@ Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”