WISUDA PERIODE NOVEMBER 2018

Wisuda adalah sebuah puncak. Khususnya bagi mahasiswa diploma tiga (D3) dan sarjana (S1), wisuda adalah titik puncak setelah melewati studi panjang yang melelahkan, penuh dengan masa-masa sulit dan hambatan termasuk kerap bertemu dengan sejumlah dosen yang menyebalkan. Karena itu sering mengatakan bahwa studi S1 jauh lebih berat ketimbang studi S2. Setelah wisuda serasa keluar dari penjara mengurangi satu beban diiringi dengan luapan bahagia dan syukur. Dalam pidatonya Ketua STPMD “APMD” Dr. Sutoro Eko antara lain menyampaikan bahwa wisuda adalah sebuah jembatan. Setelah wisuda para sarjana harus menempuh jalan yang lebih panjang mengarungi dunia yang lebih rumit dan sulit entah mencari perkejaan merajut keluarga atau bergaul dengan masyarakat luas. Pekerjaan adalah dunia nyata yang harus dituju oleh sarjana. Sarjana bisa memilih banyak pilihan atau sama sekali tidak punya pilihan tentang profesi.

Lebih lanjut Sutoro Eko menyatakan Pegawai Negeri Sipil (Aparat Sipil Negara) adalah profesi nomor wahid yang selalu dicari oleh para sarjana, baik karena karakter “Negara pegawai” atau karena PNS lebih banyak menjajikan sederet kebaikan ketimbang profesi lain. Tetapi masuk dunia PNS sungguh berat hari ini baik karena kursi yang disediakan terbatas maupun karena standar passing grade tes PNS besutan Kementrian PAN RB yang terlalu tinggi. Baru-baru ini Badan Kepegawian Negara melansir kabar hanya 9% perserta ujian CPNS yang sanggup lolos seleksi kompetensi dasar dengan materi tes kepribadian, kebangsaan dan intelegensia.

Namun lulusan tidak perlu risau. Dua puluh empat tahun silam, saya juga pernah mengikuti  seleksi CPNS, tetapi gagal karena saya tidak memiliki kecerdasan mekanis. Kelak diantara para sarjana yang gagal masuk PNS demikian juga para sarjana baru Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” bisa hadir menjadi pemimpin politik yang sanggup melampaui dan mengendalikan PNS.