“Digitalisasi politik, pedang bermata dua”

Sejumlah 74 makalah dari tujuh negara dibahas dalam Internasional Conference on Advances Goverment and Political Sciences (ICAGPS2019) dan Digital Communication, Media and Journalism (ICCMJ-2019) yang digelar di STPMD “APMD” Yogyakarta 25-26 Oktober 2019.

Tiga pembicara utama yang tampil kemarin adalah Dr. Rizal Mohd Yaakop dari Universiti Teknologi Malaysia, Prof. Tutut Herawan Ph.D (coaching clinic Internasional Journal), dan Prof. Purwo Santoso Ph.D. Mereka membawakan makalah di depan sekitar 150 peserta dari berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia dan mancanegara.

Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta Dr Sutoro Eko Yunanto dalam opening speach mengatakan konferensi internasional ini memiliki tiga kata kunci: politik-pemerintahan, komunikasi dan community developnent. Namun, lanjutnya, di antara tiga kata kunci, terdapat satu kata kunci yang sama, yakni advances, yang secara etimologis bermakna promoting atau moving foward.

Sutoro Eko menjelaskan orang lebih suka berbicara pada sejumlah konsep yang direproduksi sebagai industri pemerintahan oleh neoliberalisme seperti transparansi, akuntabilitas, integritas, partisipasi, anti-korupsi. Bagi neoliberal, yang diikuti netizen milenial dan kaum kelas menengah kota, konsep “advance” lebih bermakna sebagai digitalisasi (data, informasi, media, teknologi, internet) terhadap kehidupan manusia, sebagaimana hadir dalam berbagai jargon: ekonomi digital, masyarakat digital, komunitas digital, politik digital maupun pemerintah digital.

Ketua APMD menggarisbawahi perangkat digital ibarat sebilah pedang bermata dua. Tubuh pedang itu adalah neoliberalisme, yang memanfaatkan perangkat digital untuk mengobati krisis kapitalisme, sekaligus memperkuat kapitalisme dengan prinsip efisiensi dan kecepatan informasi yang disediakan oleh perangkat digital. Namun kapitalisme bukan perkara bisnis biasa. Ia hidup bersentuhan dengan negara, pemerintah dan masyarakat. Neoliberalisme tak suka pada sistem politik-pemerintahan yang merugikan ekonomi pasar kapitalis, entah demokrasi atau otoritarian.

Ada dua jenis sistem-politik pemerintahan yang menjadi musuh neoliberalisme dan harus dihadapi dengan perangkat digital, Sutoro Eko menjelaskan. Satu mata pedang perangkat digital digunakan oleh masyarakat sipil, yang didukung oleh agen neoliberalisme, untuk menantang otoritarianisme dan membuka demokrasi. Contoh Arab Spring.

Mata pedang yang lain, digitalisasi melemahkan demokrasi, sesuai skenario neoliberalisme. Secara formal, demokrasi terus berfungsi tetapi menjadi semakin kosong, yang disebut sosiolog Inggris Colin Crough (2000) sebagai “pasca-demokrasi.” Ciri penting “pasca-demokrasi” adalah peningkatan kuasa agen neoliberal dan korporasi untuk memengaruhi keputusan yang diambil pemerintah nasional dalam menanggapi tekanan rakyat. Mereka juga memaksa mengurangi campur tangan negara dalam kehidupan sosial, kecuali campur tangan yang menguntungkan pasar dan korporasi. Pemerintah juga dipaksa untuk mengadopsi perangkat digital sebagai bentuk kontrol teknokratis atas oligarki dan populisme.

Sutoro Eko juga memberi sejumlah tanda terhadap rezim digital dan pasca-demokrasi. Pertama, netizen merupakan bentuk jejaring komunalisme baru tanpa kewargaan. Kedua, rezim digital tidak percaya pada pemerintah dan negara, tetapi lebih percaya pada kapitalisme, sembari memaksa dan memanfaatkan negara untuk mengurus kepentingan mereka. Ketiga, efisiensi lebih penting ketimbang demokrasi dan kedaulatan rakyat. Keempat, informasi lebih penting ketimbang harapan dan aspirasi rakyat. Kelima, standardisasi teknokrasi lebih penting ketimbang representasi politik. Keenam, kreator digital adalah pahlawan, yang lebih utama ketimbang guru, pemimpin rakyat atau profesor. Ketujuh, manusia semesta disederhanakan menjadi sumberdaya manusia sebagai alat produksi, yang harus mahir menggunakan perangkat digital.

Pada bagian akhir Sutoro Eko memberi saran agar kita tidak boleh gampang terkejut dan heran, lalu menjadikan digitalisasi sebagai berhala. Kita harus bersikap kritis dan emansipatoris. Digitalisasi politik harus ditandingi dengan politisasi digital, agar perangkat teknologi itu tidak dilembagakan menjadi teknokrasi, yang mereduksi segala aspek kehidupan manusia menjadi perkara teknis semata. Paling tidak orang bisa melakukan bullying terhadap digitalisasi politik maupun perangkat digital yang dilembagakan menjadi teknokrasi.

Internasional Conference on Advance Government and Political Sciences (ICAGPS 2019)

Ilmu Politik dan Pemerintahan adalah salah satu ilmu yang perkembangannya sangat cepat, hal itu karena pada prakteknya di lapangan baik di Indonesia maupun negara lain, selalu ada hal-hal baru di luar teori yang telah ada. Karena itu para akademisi dan ilmuwan di kampus harus mampu mengikuti perkembangan Ilmu Politik dan Pemerintahan pada praktek di pemerintahan dan kenegaraan.

Dalam bidang pemerintahan ditandai dengan merosotnya moralitas elite politik, hal ini terindikasi dengan penangkapan Kepala daerah dan elite politik karena kasus penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan. Tindak pidana korupsi Kepala daerah dari tahun ke tahun semakin tinggi bersamaan dengan diselenggarakan Pemilu dan Pilkada serentak. Pesta demokrasi lima tahunan diwarnai dengan sarat tindakan politik uang. Hal ini menyebabkan beban berat bagi elite politik yang mengikuti kontestasi baik dalam Pemilu maupun Pilkada.

STPMD “APMD” Yogyakarta merupakan perguruan tinggi yang konsen pada berbagai permasalahan di lingkungan  sosial masyarakat secara khusus pada lingkup masyarakat desa. Selain itu kampus ini juga mempunyai perhatian pada perkembangan ilmu politik dan pemerintahan terutama pada perkembangan dan praktek di era otonomi daerah.

Panitia Internasional  Conference on Advance Government and Political Sciences (ICAGPS 2019) dari Program Studi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) “APMD” Yogyakarta akan menggelar acara tersebut pada 25 dan 26 Oktober 2019 di Ruang M. Soetopo Kampus “APMD” Jalan Timoho 317 Yogyakarta. Konferensi internasional yang akan dihadiri 77 orang dari tujuh negara (Indonesia, Australia, Malaysia, Korea, China, Iran, Philippina, dan Perancis) tersebut, juga akan ada partisipasi dari kalangan mahasiswa.

Mereka yang menjadi pembicara antara lain; Dr. Sutoro Eko Yunanto (Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta), Profesor Jemal Abawajy Ph.D (Deakin University, Australia), Profesor Ahmad Othman Ph.D (Universiti Teknologi Malaysia), Profesor Tai-Hoon Kim Ph.D (Women Sungshin University, Korea), Profesor Purwo Santoso Ph.D (Universitas Gadjah Mada, Indonesia), Profesor Tutut Herawan Ph.D (Coaching Clinic International Journal), RR Leslie R. Angeningsih Ph.D ( dosen STPMD “APMD”).

ICAGPS 2019 didedikasikan untuk mewujudkan pemerintah yang kuat, sehat, benar dan merakyat (governability). Oleh karena itu ACAGPS 2019 menjadi fasilitator bagi para ilmuwan politik/pemerintahan/sosial di Indonesia untuk menyemai pemikiran atau hasil riset yang akan disosialisasikan kepada pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan.

Asesmen Lapangan Reakreditasi Prodi PMD

“Kami sebagai asesor datang ke kampus ini bukan seperti jaksa, polisi atau KPK. Kami sama seperti bapak dan ibu yang suatu saat juga didatangi asesor. Jadi biasa saja tak perlu tegang. Ada dua ban, yaitu ban dalam dan ban luar. Nah kami ini ban luar,” kata Dr. Irsyad, S.E., M.Soc., Ph.D dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Ia bersama Prof.Dr. Syamsu Nujum, S.E, M.SI dari Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar melakukan assesmen lapangan Reakreditasi untuk Prodi Pembangunan Masyarakat Desa (D3) 14-15 Oktober 2019. Mereka dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT).

Saat mengunjungi BAAK pak Irsyad langsung minta data siapa dosen yang baru naik pangkat dan mahasiswa dengan IP tertinggi. Mas Tatag dengan lincah menjawab pertanyaan asesor. Di perpustakaan APMD pak Irsyad minta seorang mahasiswi yang sedang membaca buku di situ untuk menyebut satu buku dan mencari sendiri melalui komputer yang disediakan. Mahasiswi itu menulis buku Desa Baru Negara Lama karya Ketua APMD Dr Sutoro Eko Yunanto di komputer. Tak sampai dua menit buku sudah didapat.

Pada sambutan di awal assesmen lapangan, Sutoro Eko mengatakan, kampus ini didirikan oleh para eks tentara pelajar sebagai ucapan terima kasih kepada masyarakat desa yang membantu perjuangan pada perang mempertahankan kemerdekaan. Prodi Pembangunan Masyarakat Desa adalah cikal bakal STPMD tambah Ketua APMD. Pada tahun 1980an, APMD sering dipercaya oleh Departemen Dalam Negeri dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam perekrutan calon pegawai. Kini Prodi yang perkembangannya cepat adalah Ilmu Pemerintahan, hal ini sejalan dengan otonomi daerah yang membutuhkan banyak pemimpin daerah. @Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Empat Pesan Ketua Kepada Mahasiswa Baru

STPMD “APMD” Yogyakarta kemarin (17/9) membuat sejarah, menggelar sidang senat terbuka dengan acara tunggal penetapan mahasiswa baru tahun 2019/2020. Sidang senat terbuka diadakan di gedung audiotorium Ganesha dihadiri seluruh anggota senat, para dosen dan mahasiswa baru.

Ketua STPMD “APMD” Dr. Sutoro Eko Yunanto dalam sambutannya mengatakan, “Kita menciptakan tradisi baru menggelar sidang senat terbuka untuk menetapkan mahasiswa baru tahun akademik 2019/2020 bersamaan dengan permulaan Sosialisasi Internal Kampus tahun 2019/2020.” Sidang senat terbuka kemarin dilaksanakan dengan khidmad dan bermartabat menyambut kehadiran mahasiswa baru yang berasal dari 28 provinsi seluruh tanah air. “Ini adalah sebuah keberagaman. Sebuah perbedaan yang selalu kita rayakan. Bersatu dalam keberagaman,” ujar Sutoro Eko.

Ketua menjelaskan, APMD menggelar sidang senat terbuka ingin meneguhkan komitmen sebagai lembaga akademik untuk mendidik dengan melayani mahasiswa dan melayani dengan mendidik. Agar mahasiswa menjadi manusia yang utuh. Sesuai dengan amanat Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 dan juga statuta STPMD “APMD”. “Melayani menjadi tradisi yang kita utamakan. Sekolah tinggi berkomitmen untuk mendidik dan melayani mahasiswa dengan prinsip humanism dan kasih sayang,” tambah Sutoro Eko. Acara kemarin untuk memastikan kepatuhan dan penghormatan kepada kaidah kepada kebajikan kepada institusi dan tradisi akademi yang disimbolisasi dengan adanya senat yang mengenakan toga. Toga adalah simbol kebajikan dan tradisi akademik. Kelak tiga atau empat tahun mahasiswa baru juga akan memakai toga karena telah melewati proses dan tradisi akademik selama proses belajar mengajar. Kepada mahasiswa baru Ketua menyampaikan empat pesan penting.

Pertama, sesuai hymne Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 dan mars APMD, Keilmuan yang berkembang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi bersumber secara ideologis pada Pancasila dan UUD 1945. Konstitusi bukan sekadar pasal demi pasal dan bukan sekadar norma tetapi di dalamnya ada ideologi dan sumber pengetahuan yang kita jadikan sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan bagi sekolah tinggi. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan adalah nilai sekaligus keberpihakan pada tujuan bagi sekolah tinggi. Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat dan berkeadilan social, itu adalah sumber ilmu pengetahuan yang akan kita kembangkan dan kita jadikan pijakan dalam penyelenggaraan sekolah tinggi karena kita rumpun ilmu sosial, ilmu politik dan humaniora.

Kedua sesuai sumber Pancasila dan UUD 1945, sekolah tinggi meneguhkan mendedikasikan jiwa rara untuk memuliakan desa sekaligus mempersatukan Indonesia. “Desa dan Indonesia adalah dua entitas yang berbeda tapi keduanya ditunjukkan pada keberpihakan sekolah tinggi melalui Tri Dharma . Ada satu benang merah yang mempertemukan desa dan Indonesia yaitu perubahan,” tegas Sutoro Eko yang sering dipanggil Guru Desa itu. Artinya, tambahnya, kita tak hanya bersatu dalam perbedaan tetapi juga bersatu dalam perubahan. Bersatu dalam perubahan itu artinya kita akan merajut gotong royong sesuai yang ditekankan oleh pendiri bangsa Soekarno. Gotong royong adalah satu nilai kita anti individualisme, kita anti kolonialisme. Kita sepakat pada kolektivisme menuju perubahan. Baik perubahan pada desa, pada sekolah tinggi maupun perubahan pada Indonesia.

Lebih jauh dikatakan, dalam memuliakan desa itu ada semangat mempercayai desa dan semangat menghormati desa. Bukan sekadar sebagai wilayah, bukan sekadar satuan administratif tetapi desa adalah basis kehidupan dan penghidupan. Spirit memuliakan desa dan mempersatukan Indonesia menjadi bagian tak bisa dipisahkan dari ideologi Pancasila dan konstitusi UUD 1945.

Ketiga, Ketua menegaskan, sekolah tinggi dengan jiwa raga, dengan kasih sayang, mendidik, melayani, mempersiapkan sarjana yang sujana.Sujana itu artinya cerdas dan kritis. Serta berpihak dan bermanfaat bagi orang banyak. Sarjana yang tak hanya menuntut untuk kepentingan sendiri tetapi kepentingan orang banyak. Cerdas itu tak hanya ip yang bagus, tak hanya menghapal diktat, tak hanya menghapal rumus, tetapi mampu memaksimalkan lima otak dalam kepala kita. Otak pertama otak atas, otak spiritual, patuh kepada Tuhan cinta kepada manusia. Otak depan itu untuk kecerdasan sosial. Itu artinya kita santun dan rendah hati dalam pergaulan sosial. Punya kepedulian terhadap orang banyak. Terutama rakyat jelata yang tak beruntung secara politik dan ekonomi. Otak kiri adalah kecerdasan intelektual. Kecerdasan kita memahami ilmu pengetahuan dan kritis, kaya perpektif dan kritis terhadap situasi sosial dan politik. Otak kanan adalah kecerdasal kultural, kecerdasan budaya. Selain kita toleran terhadap perbedaan kita punya kreasi yang berbeda dari kecerdasan teknokratik yang hanya berhitung tentang rumus maupun hitung-hitungan dalam analisis kwantitatif atau dalam analisis statistik. Terakhir Otak belakang adalah kecerdasan ekonomo politik. Ekonomi dan politik sesuatu yang normal namun jika ekonomi politik yang ditaruh di depan akan melahirkan para bandit, parasit cukung, dan para tengkulang yang merugikan rakyat jelata.

Pesan keempat Ketua, jadilah mahasiswa yang berprestasi, jangan jadi mahasiswa bermasalah. Ada mahasiswa biasa, mahasiswa bermasalah dan mahasiswa berprestasi. Mahasiswa biasa itu rutin. kampung, kost dan kampus. Indeks Prestasinya bagus, selesai 3,5 sampai 4 tahun, tetapi tak punya kesempatan meraih dunia luar. Karena itu raihlah kesempatan menjadi mahasiswa berprestasi. Berprestasi itu artinya tak hanya IP yang bagus. IP bukan ukuran kecerdasan. IP adalah ukuran apakah mahasiswa malas atau tidak. IP bagus belum tentu mahasiswa itu hebat Tetapi mahasiswa yang mempunyai IP jelek pasti orangnya pemalas. Mahasiswa yang bermasalah itu hanya punya dua K. Kampung dan kampus, tak punya kost. Tidurnya di kampus, artinya tak punya kesempatan belajar yang baik. Jika sekian tahun IPnya di bawah 2. Itu mahasiswa bermasalah.Kita ingin mahasiswa baru semua menjadi mahasiswa berprestasi dan sukses menjadi sarjana yg sujana.

Sebelumnya Wakil Ketua I Dra. Chandra Rusmala, M.Si melaporkan mahasiswa baru tahun 2019/2010 datang dari 28 provinsi. Ada enam provinsi dengan mahasiswa terbesar yaitu Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua, Papua Barat dan Sumatera Barat. Selain itu sumber biaya studi mahasiswa datang dari biaya mandiri, Beasiswa Bidik Misi, Program Afirrmasi Pendidikan Tinggi, Beasiswa Yayasan Binter Busi dan Beasiswa Tugas belajar Non PNS dari Pemkab Kepulauan Mentawai.

Lokakarya “Menggali Gagasan dalam Rangka Memberikan Inputs RPJMN 2020-2024 Bidang Desa & Kewilayahan”

Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta Dr, Sutoro Eko Yunanto dan Direktur Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta Sunaji Zamroni tampil menjadi narasumber lokakarya “Menggali Gagasan dalam Rangka Memberikan Inputs RPJMN 2020-2024 Bidang Desa & Kewilayahan.” Kegiatan Ini diselenggarakan oleh IRE di Hotel Santika Yogyakarta, Selasa (10/9).

Dalam pemaparan background study report review penyusunan RPJMN 2020-2024 lingkup daerah tertinggal, kawasan perbatasan, desa dan kawasan perdesaan, dan transmigrasi, Sunaji mengatakan fokus IRE hanya pada bidang desa dan kawasan perdesaan. Hasil review atas background study yang dilakukan IRE menemukan bahwa kedudukan desa masih dilihat dalam kacamata lama. Desa belum ditempatkan dalam posisi yang otonom. Sehingga dalam beberapa aspek pembangunan desa masih diatur oleh pemerintah supra desa,

Di samping itu IRE menemukan beberapa aspek fundamental yang ada dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014 belum diterjemahkan secara gamblang dalam background study yang ada. Di antara aspek tersebut adalah tentang penataan desa, kewenangan desa, dan aset desa. IRE ingin mengembalikan desa sebagai subyek pembangunan berdasarkan asas rekognisi dan subsidiaritas. Sementara pemerintah supra desa perannya lebih banyak dalam hal pembinaan dan pengawasan kepada desa melalui pembuatan pedoman, melakukan pembinaan, bimbingan, supervisi, peningkatan kapasitas, fasilitasi, serta mendorong percepatan pembangunan desa.

Sutoro Eko melalui pemaparan berjudul “Kembalikan Jalan Lapang Perubahan Desa!” memulai dengan menjelaskan empat jenis negara terkait dengan desa. Pertama negara leviathan liberal: negara melenyapkan desa dari posisi kesatuan masyarakat hukum seperti di Eropa Barat. Negara kolonial: negara memperalat dan menghisap desa. Negara modernis-developmentalis: negara membangun sambil merusak, memajukan sambil melemahkan. Negara semesta: negara mengakui, menghormati, melindungi dan memperkuat desa.

Ketua APMD juga mejelaskan kontradisksi pelaksanaan UU Desa antara lain telah mengalami simplifikasi dan reduksi hanya menjadi dana desa. Selain itu, bukan politik rekognisi, subsidiaritas, demokratisasi dan konsolidasi yang mengarahkan desa, melainkan oleh proyek, administrasi dan aplikasi.

Terkait regulasi dan deregulasi, Sutoro Eko mengutip Presiden Joko Widodo, “Kepala desa tidak sibuk mengurus rakyat, tetapi sibuk mengurus laporan. Kita tidak boleh terjebak pada regulasi yang kaku, yang formalitas, yang ruwet, yang rumit, yang basa-basi, yang justru menyibukkan, yang meruwetkan masyarakat dan pelaku usaha,. Ini harus kita hentikan. Sekali lagi, ini harus kita hentikan. Regulasi yang tidak konsisten dan tumpang tindih antara satu dan lainnya harus diselaraskan, disederhanakan dan dipangkas.”
Meskipun keinginan presiden cukup jelas, namun kenyataanya, yang tidak perlu diatur malah diatur ketat. Yang perlu pengaturan malah dibiarkan tidak diatur. Aturan harus dilandasi prinsip hak, kewenangan dan kewajiban desa. Karena itu, Presiden Jokowi mengatakan menteri tidak perlu membuat banyak program. Cukup empat program. Selebihnya adalah pelayanan,

Menurut salah satu perancang UU Desa ini, regulasi merupakan instrumen ekonomi-politik birokrat, program merupakan instrumen ekonomi-politik teknokrat. Program tidak pernah akan memperkuat sistem dan institusi, bahkan tidak akan mengubah struktur sosial, melainkan hanya “menarik sapi kurus dengan tali yang besar dan panjang” atau “hanya membangun istana pasir.” Sementara itu, pelayanan merupakan jantung sistem-institusi yang menjadi tugas utama pemerintah-negara dalam melindungi, memberdayakan dan memperkuat desa.

Pada akhir pemaparan, Sutoro Eko menguraikan pendekatan yang harus dilakukan. Bukan mengepung dengan pengawasan, tetapi pembinaan melalui edukasi, fasiltasi, asistensi,dan pembelajaran. Bukan mencekoki kades dengan proyek dan uang tetapi dengan politik dan nilai. Bukan mutilasi dengan cara pandang dan titipan sektoral, tetapi konsolidasi sistem desa. Bukan inovasi yang membuat desa jadi lokasi dan obyek, tetapi reformasi desa. Bukan pencegahan korupsi, tetapi demokratisasi. Bukan pemberantasan korupsi, tetapi penegakan hukum, Pendamping bukan melayani menteri, tetapi melayani dan mengorganisir desa.

Lokakarya diikuti oleh sekitar 30 orang dari Gunungkidul, Bantul, Magelang, Ambon, Kuningan, Serdang Berdagai, Berau, Manokwari. Mereka terdiri dari kepala desa, Bappeda, sampai Bupati.. @ Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Kuliah Umum “Keluar dari NEGARA JAKARTA Membentuk Ulang NEGARA INDONESIA”

Pindah ibu kota adalah hijrah untuk membuat sejarah masa depan. Tidak perlu berpikir dan berpendapat ala bakul plus tengkulak Jakarta yang hanya berhitung untung rugi. Hal itu dikatakan oleh Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta Dr. Sutoro Eko Yunanto, Rabu (4/9) pada kuliah umum bertema “Keluar dari Negara Jakarta Membentuk Ulang Negara Indonesia.” Kuliah umum diadakan di Ruang M. Soetopo, Kampus Desa Timoho, Yogyakarta, yang diikuti lebih dari seratus mahasiswa dan non mahasiswa.

Dalam kuliah umum yang dipandu Dr. Guno Tri Tjahjoko itu, Sutoro Eko menjelaskan berbagai isu antara lain: teori dan praktik pembentukan Negara, negaranisasi pemerintah govermentalisasi negara, transformasi dan mentalitas Negara Jakarta, arsitektur baru pemerintahan dan Negara Indonesia, dan posisi desa dalam Negara baru.

Pada awal kuliah umum, Ketua APMD itu member latar belakan tentang tujuan dan alas an Presiden Joko Widodo berkehendak memindahkan ibu kota sebagai bagian dari misi besarnya mengubah Jakarta-Jawa centris menuju Indonesia centris. Baik Presiden maupun Bappenas menyampaikan alas an pada fakta hilir yang kongkret dan kasat mata apa yang terjadi di Jakarta. Presiden sama sekali tak menyalahkan Pemprov DKI Jakarta. Bahkan menurut catatan sejarawan, sejak zaman VOC sudah mengendalikan banjir tetapi juga menciptakan banjir.

Argumen para penolak ibu kota pindah cukup banyak. Mereka menggunakan argumen sejarah, politik, ekonomi, anggaran, dan legalitas. Pada argumen sejarah, Jakarta adalah legacy Bung Karno, terlalu bersejarah untuk ditinggalkan. Jakarta adalah warisan Batavia tetapi Jakarta bukan Batavia karena Bung Karno member citarasa Indonesia pada Jakarta. Argumen politik mengatakan Presiden tak bisa memutuskan sendiri pemindahan ibu kota tetapi harus melalui referendum. Mirip argumen politik, pada argumen legalitas, dikatakan keputusan presiden illegal karena tak menggunakan UU bersama DPR. Argumen ekonomi dan anggaran sebelas-dua belas, ekonomi sedang sulit, pindah ibu kota akan membebani anggaran Negara. Seorang influencer muda yang cerdas, kritis, hebat tetapi dangkal mengatakan bahwa pemindahan ibu kota mengonfirmasi kegagalan Jokowi memperbaiki Jakarta.

Sutoro Eko juga mengutip dua sahabatnya terkait pemindahan ibu kota. M. Barori, Ketua Yayasan Pendidikan 17 mengatakan pemindahan ibu kota bukan soal lingkungan, tetapi reformasi birokrasi secara radikal. Sementara Yando Zakaria, pegiat desa aktivis LSM, mengatakan pemindahan ibu kota Negara itu dalam konteks Indonesia adalah reproklamasi republik. Jadi tidak relevan dibahas dengan pendekatan teknokratik dan atau ekonomi semata.

Negara menurut “ilmu Negara” yang dipengaruhi oleh hukum, Negara adalah kesatuan (entitas) yang terdiri dari wilayah, rakyat, pemerintah, kedaulatan, dan pengakuan. Max Weber mengatakan Negara adalah satu masyarakat manusia yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara absah dalam suatu wilayah. Negara mempunyai dua fungsi utama yaitu law & order dan welfare.

Negara Jakarta:
Jakarta bukan sekadar provinsi, bukan pula sekadar ibu kota Negara Republik Indonesia. Jakarta adalah pusatnya pusat, mengandung unsur negara, kota dan modal, yang dibentuk dan disepuh terus dari zaman kolonial hingga zaman neoliberal dengan politik perang dan paksaan. Sutoro Eko menyebutnya sebagai Negara Jakarta. Ini bukan Negara dalam Negara. Tetapi Jakarta dan Negara adalah dua sisi mata uang. Sejarah, ekonomi-politik, budaya,ilmu pengetahuan, teknologi, globalisasi, sengketa politik, berkontribusi terhadap pembentukan Negara Jakarta. Karena itu, “Jakarta menciptakan Negara, Negara menciptakan Jakarta,” jelas Sutoro Eko.

Ketua APMD itu menggarisbawahi, setiap episode sejarah ( dari Kolonialisme Belanda, Nasionalisme Soekarno, Developmentalisme Soeharto, dan Neoliberalisme Reformasi) selalu menampilkan sosok ideologi menonjol yang berbeda, tetapi empat episode yang berbeda itu memiliki kesamaan yakni sentralisme. Nasionalisme sangat kontras dengan kolonialisme, tetapi keduanya adalah sentralisme. Apalagi, developmentalisme dan neoliberalisme, merupakan dua pewaris yang melanjutkan kolonialisme.

Sutoro Eko juga mengutip Susan Blackburn yang antara lain mengatakan selama 400 tahun, Jakarta hanya kota yang dibangun untuk memenuhi impian para penguasa dan kaum aristokrasi uang. Penguasa ingin Jakarta menjadi semacam model kota harapan mereka sendiri. Jakarta bukan milik dan untuk kehidupan bersama.

Sebagai seorang ilmuwan, Sutoro Eko wanti-wanti memberi preskripsi dan antisipasi terhadap berbagai konsekuensi yang tidak disengaja (unintended consequences), jebakan “musang berbulu domba” para penumpang gelap, maupun jebakan mesin anti-politik yang teknokratik-birokratik, yang menyertai kehadiran ibu kota baru. (Humas/Tass)

Mantap Bersinergi Membangun Bangsa

Acara serah terima peserta KKN periode 52 Tahun 2019 oleh Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta @sutoroeko kepada Kepala Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, berlangsung gayeng, hari ini (25/7). Mahasiswa KKN yang berjumlah 198 itu akan diterjunkan di 28 dukuh di Desa Pacarejo.

Ketua APMD dalam sambutannya mengatakan KKN mahasiswa APMD berbeda dengan mahasiswa kampus lain. Mahasiswa KKN diterjunkan untuk bergaul, belajar, bekerja dan berdesa. Berdesa adalah ciri APMD. Ketua menegaskan kunci sukses KKN adalah jika tak ada program plangisasi. “Itu program sejak 1990, KKN ini jangan ada program yang mundur tiga puluh tahun ke belakang,” tambah Ketua.

Menyinggung nama desa Pacarejo, Ketua teringat sebuah nama tempat di Jawa Barat yaitu Sukarame. Rejo itu ramai, pacar itu seseorang yang disukai. “Jadi pacar yang suka ramai. Namun jika sudah menjadi istri jadinya Bojo Galak,” seloroh Ketua APMD disambut tertawa hadirin termasuk Camat Semanu dan Koramil setempat.

Kepala Desa Pacarejo tak kalah semangat dalam menyambut kedatangan rombongan APMD. Dirinya sejak dilantik ingin berkunjung ke APMD untuk belajar ilmu desa. Ternyata gayung bersambut, malah mendapat mahasiswa KKN. Ini namanya jodoh, karena itu hubungan APMD dengan Pacarejo harus ditingkatkan dan dimantapkan. Sesuai slogan, “Kita Mantap Bersinergi Membangun Bangsa.”

Pembekalan KKN Reguler Periode 52

Pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) STPMD “APMD” Yogyakarta reguler 52 Tahun 2019 di Hall Selasa (23/7). KKN diikuti 198 mahasiswa dan akan diterjunkan ke Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul selama 50 hari dari 25 Juli sampai 12 September 2019

WISUDA ADALAH PUNCAK DAN JEMBATAN

Wisuda adalah puncak dari proses studi panjang yang melelahkan, melewati masa sulit dan penuh hambatan. Dengan Wisuda, para wisudawan termasuk warga Indonesia yang beruntung karena termasuk segelintir warga yang dapat menyelesaikan pendidikan di PT. Karena dua hal itu, wisuda patut disyukuri dengan penuh kegembiraan. Ternyata jalan pendidikan yang dilalui, telah memberikan hikmah dan membentuk karakter, baik dari sisi nalar maupun kedewasaan.

Wisuda juga merupakan jembatan, untuk mencapai tujuan selanjutnya di dunia kerja. Menjadi PNS memang dambaan banyak wisudawan, namun itu bukan satu-satunya. Menjadi pegiat Desa atau masuk menjadi perangkat desa, yang kelak sanggup merebut kekuasaan, baik kursi kepala desa maupun memimpin politik Daerah. Perangkat desa bukanlah profesi rendahan, tetapi profesi mulia, karena bersentuhan langsung dekat dan bermanfaat untuk orang banyak di desa. Fakta membuktikan, banyak Lulusan STPMD “APMD” berhasil menempuh jalan itu.

Demikian inti sambutan Ketua STPMD “APMD” , Dr. Sutoro Eko Yunanto, dalam upacara Wisuda Diploma Tiga, Sarjana dan Magister tanggal 4 Mei 2019 di Gedung Ganesha.

Suasana Wisuda kali ini menyentuh kalbu ketika lagu “Titip Rindu Buat Ayah” dinyanyikan oleh Bapak Ir. Muhammad Barori, M.Si, yang mengungkapkan kerinduan anak pada ayahnya, yang telah berjuang, berkorban demi anaknya, para wisudawan. Tak sedikit air mata menetes dari mata para wisudawan dan para hadirin.

TIM PENGABDIAN STPMD ‘APMD’ MENGAJAK IBU-IBU PKK KELOLASAMPAH DARI RUMAH

Tim pengabdian STPMD “APMD” yang beranggotakan Fadjarini Sulistyowati, B. Hari Saptaning Tyas, dan Aulia Widya Sakina melakukan pelatihan swakelola sampah berbasis masyarakat sebagai upaya pengorganisasian kelompok pengelola sampah mandiri di Desa Trimulyo pada tanggal 9 April 2019. Sasaran kegiatan pelatihan adalah ibu-ibu penggerak PKK Pedukuhan di DesaTrimulyo. Menurut Ketua Tim pengabdian, Fajarini, S., S.IP., M.Si., dipilihnya sasaran ibu-ibu pengegerak PKK karena saat ini, sampah sudah menjadi permasalahan bersama yang penting untuk ditanggulangi dan pengelolaan sampah dimulai dari sampah rumahtangga, untuk itu ibu-ibu menjadi contoh yang sangat baik untuk mendorong adanya kelompok pengelola sampah mandiri.

Pada sesi pertama disampaikan tentang pentingnya pengelahan sampah mulai dari rumahtangga supaya kita tidak mewariskan sampah pada anak cucu demikian disampaikan oleh Aulia Widya Sakina, S. Sos., M. Si dari tim STPMD “APMD”. Selain itu, beliau juga mencontohkan mengolah sampah plastic supaya bias dimanfaatkan kembali melalui metode Ecobrick.

Pada sesi kedua, kegiatan pelatihan yang bekerjasama dengan lembaga swasta dalam pengelolaan sampah yakni PT Aligadar menyampaikan pengolahan sampah organik. Bapak Triputra selaku narasumber dari PT Aligadar mendemosntrasikan cara pengelolaan sampah dapur organic menjadi kompos. Menurut beliau, “Tidaklah sulit untuk mengolah sampah, yang penting kemauan”. Padahal menurutnya lebih lanjut, sampah bila dikelola dapat menghasilkan banyak keuntungan bahkan bias menjadi penghasilan tambahan bagi ibu-ibu. Beliau mencontohkan yang paling mudah dengan menyimpan sisa makanan dan daun-daun di suatu tempat dalam waktu kurang lebih dua minggu, nantinya akan menjadi pupuk organik yang bias dimanfaatkan untuk menanam sayur-sayuran yang sehat.

Bapak Wiikan selaku Kesra DesaTrimulyo mengungkapkan pentingnya kegiatan pelatihan sampah karena tahun 2019 ini Kabupaten Bantul juga sudah mencanangkan Bantul Bersih Sampah..Beliau berharap kegiatan pelatihan ini dapat mendorong adanya pelembagan pengelolaan sampah yang terorganisir di tingkat desa. Akhir acara ditutup dengan pembagian alat pengolahan sampah dapur sederhana pada tiap pedukuhan dan kesepakatan bersama untuk memulai mengolah sampah dari dapur menjadi bermanfaat kembali.

https://procseo.com/
https://ofwteleseryes.net
https://hotfoxbranding.com/
https://beton88play.com/
https://beton88vip.org/
https://dogplayoutdoors.com/
https://procseo.com/
https://ofwteleseryes.net
https://hotfoxbranding.com/
https://beton88play.com/
https://beton88vip.org/
https://dogplayoutdoors.com/
https://procseo.com/
https://ofwteleseryes.net
https://hotfoxbranding.com/
https://beton88play.com/
https://beton88vip.org/
https://dogplayoutdoors.com/
Open chat
Selamat datang dikampus STPMD "APMD".

Kami dari Penerimaan Mahasiswa Baru siap melayani.

Apakah ada yang bisa kami bantu?