Seminar Nasional Program Studi Ilmu Komunikasi : “Mewujudkan Desa Informatif, Partisipatif dan Demokratis”

Hadirnya UU Desa hendaknya disyukuri, karena desa akan lebih mandiri. Meski menuju desa mandiri warga harus melek informasi dan karenanya makin tinggi partisipasinya. Namun datangnya uang ke desa tak boleh membawa ‘petaka’ atau malah mengurangi nilai solidaritas yang selama ini berkembang di desa. Karena itu peran masyarakat sipil semacam Lembaga Swadaya Masyarakat dan dunia kampus dalam mendampingi desa tetap diharapkan.

Demikian benang merah dari Seminar Nasional “Mewujudkan desa Informatif, partisipatif dan demokratis” yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta di kampus Timoho, Jogja Kamis (28/5). Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Tri Agus Susanto kepada Bernas Jogja kemarin mengatakan, tampil sebagai pembicara Methodius Kusumahadi (pendiri Yayasan Satunama), Nikson Nababan (Bupati Tapanuli Utara, Sumatera Utara), dan Fajarini Sulistyowati (dosen Prodi Ilmu Komunikasi “APMD”). Methodius menjelaskan ada lima generasi strategi orientasi pengembangan yang dilakukan LSM. Pertama, karikatif ciri-cirinya NGO based approach. Kedua, pengembangan masyarakat dengan ciri-ciri community based approach. Ketiga, pembangunan berkelanjutan ditandai dengan system based approach. Keempat, gerakan rakyat melakukan social movement. Dengan semangat Think Globally Act Locally & kelima, Tiga R (Resiliency, Respects, Rights): integrasi pendekatan pemberdayaan memperkuat kemandirian (resiliency), jaringan (respects) dan pemenuhan hak-hak dasar warga. Menurut Methodius, Community Development adalah strategi tingkat dua dari lima tahapan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Kemandirian masyarakat yang bermartabat adalah proses pencarian identitas yang tak ada akhirnya. Karena itu, partisipasi masyarakat berkembang sejalan dengan kesadaran warga akan statusnya sebagai “civilized citizen”. Bagi pembina Yayasan Satunama ini, UU Desa membawa uang dan membawa sikap permisif, dan konsumtif. “Konsumerisme akan menipiskan solidaritas yang hanya bisa dihentikan dengan pendidikan kritis-reflektif,” kata alumni The Lougborough University of Technology Leicestershire Inggris ini.

Pembicara kedua Nikson Nababan adalah alumni Prodi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” tahun 1996. Ia menjadi Bupati Tapanui Utara tahun lalu dan mulai melakukan perubahan di kabupaten di Sumatera Utara itu. Pertama yang dilakukan adalah membuat pemetaan. Semua desa yang paling miskin didata. Desa-desa yang terpencil dengan minim layanan kesehatan dan pendidikan didata. Dari data itu ia melakukan kebijakan percepatan di wilayah terbelakang dan terpencil. Ia bahkan memberi insentif gaji kepada guru di desa terpencil sampai dua kali gaji yang biasa diterima. Pada desa-desa yang tak ada atau rusak irigasinya, ia prioritaskan segera dibangun. Pemerintah kabupaten juga membangun perumahan untuk guru dan tenaga medis. Nikson mengkritisi UU Desa terutama mengenai kriteria mendapatkan Anggaran Dana Desa (ADD) yang didasarkan pada jumlah penduduk. Ia mengusulkan agar ke depan diubah berdasarkan luasan wilayah dan potensi desa tersebut. Nekson menyadari pentingnya desa dalam pembangunan di Indonesia. Jika desa-desa makmur maka Indonesia akan sejahtera. Pada masa bupati sebelumnya tiap desa di Taput mendapat Rp 20 juta dari APBD. Kini anggaran APBD meningkat menjadi Rp 60 juta per desa (2014) dan Rp 100 juta per desa (2015). Dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bersih Nekson memulai dengan melakukan rekrutmen secara transparan dengan menghadirkan tenaga ahli dari Universitas Sumatera Utara (USU). Dengan fit and proper test yang dilakukan terhadap pejabat di lingkungan pemkab maka ini akan menepis plesetan SUMUT (Semua Urusan Memakai Uang Tunai). Setahun hasilnya lumayan. Posisi Taput yang selama ini nomor 27 se Sumut kini meningkat menjadi nomor 7. Saat penandatangan pakta integritas anti korupsi di Medan (kerjasama Pemprov Sumut dan KPK) ia mewakili bupati/walikota se Sumut membacakan pakta integritas. Mengapa Nekson yang diminta membaca, pihak KPK mengatakan, “Bupati dan Kabupaten Tapanuli Utara sementara bersih!”.

Pembicara terakhir Fajarini Sulistyowati, memaparkan hasil penelitian tentang Sistem Informasi Desa (SID) di Desa Terong Bantul. SID ada dalam UU Desa namun masih sedikit desa menerapkan SID. Di Bantul ada sekitar 75 persen desa-desa telah menerapkan SID. Dengan SID maka sebagian atau seluruh pelayanan kepada masuarakat bisa dilakukan secara online. Selain itu melalui SID semua data desa dan potensi desa bahkan perencanaan desa bisa diakses oleh warga masyarakat. Meski demikian SID masih menemui kendala. Salah satunya sulitnya server dan minimnya dana. Tentang server kini bisa dipecahkan dengan pemusatan server di kabupaten. Sementara soal dana, tampaknya ADD yang merupakan implementasi UU Desa diharapkan segera cair dan sebagian dipakai untuk kepentingan SID. Semoga SID dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat – meski selama ini hanya yang melek teknologi – dan nantinya desa akan makin informatif dan makin berdaya. (Sumber: Margantoro Bernas Jogja, Sabtu 30 Mei 2015 ) Har

Kuliah Tamu “Perspektif Kritis Program Transmigrasi Pasca Reformasi Menuju Indonesia Sejahtera”

Program Studi Ilmu Sosiatri (Pembangunan Sosial) STPMD “APMD” Yogyakarta pada tanggal 30 April 2015 menggelar acara Kuliah Tamu dengan tema Perspektif Kritis Program Transmigrasi Pasca Reformasi Menuju Indonesia Sejahtera. Narasumber kuliah tamu dihadirkan dari Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi yakni bapak Dr. Drs. H. Tukiman, SH.,MM.,MH.,  Tema tersebut diangkat karena adanya permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia yakni kurangnya kesadaran masyarakat terhadap program transmigrasi terlebih pasca reformasi. Permasalahan tersebut berupa menurunnya motivasi warga untuk bertransmigrasi. Penurunan motivasi tersebut tidak hanya melanda pada penduduk daerah asal tapi juga keengganan pemerintah daerah tujuan untuk menerima transmigran. Problematika ini masih ditambah dengan menurunnya  dukungan khususnya dari masyarakat. Untuk membuat orang sadar bertransmigrasi perlu adanya motivasi yang dikembangkan sehingga orang orang itu tergerak dan mau bertransmigrasi. Pada saat ini orang lebih suka yang serba instan, sehingga proses pengembangan wilayah melalui program transmigrasi tidak diminati.

Program transmigrasi disamping untuk peningkatan kesejahteraan juga bertujuan untuk pemerataan jumlah penduduk mengingat banyak wilayah Indonesia yang masih sangat jarang penduduknya, disisi lain beberapa wilayah sangat padat berjubel.  Hal tersebut perlu disikapi sehingga program transmigrasi menjadi bagian dari solusi yang tepat untuk memajukan pertumbuhan desa-desa yang masih tertinggal, daerah perbatasan, daerah pesisir serta pulau-pulau kecil. Diharapkan program transmigrasi ke depan mendapat support dari berbagai pihak sehingga lebih sukses. Kuliah tamu diawali dengan sambutan oleh Ketua Program Studi Ilmu Sosiatri (Bpk Drs. Oelin Marliantoro, MSi) dan dibuka oleh Ketua STPMD ”APMD” yang dihadiri oleh segenap civitas academika STPMD ”APMD”. Acara berlangsung cukup lancar dan sukses dengan moderator Ibu Dra. Widati, lig, rer, reg. Setelah paparan dari narasumber acara dilanjutkan dengan dialog.  (Humas-Rio)

Event Unit Kerja Bagian Administrasi Umum : Lomba Tanaman Dalam Pot

Sebagai rangkaian peringatan Dies Natalis ke-50 (Dies Emas) STPMD “APMD”, setiap unit kerja diharapkan menyelenggarakan event unit kerja. Setiap unit kerja yang ada di STPMD “APMD” yang berjumlah 20 unit kerja dapat menyelenggarakan acara sesuai dengan kreasi masing-masing, sehingga kampus ini diharapkan cukup semarak.

Pada bulan April 2015, giliran penyelenggara jatuh pada unit kerja Bagian Administrasi Umum (BAU). Acara yang digagas adalah Lomba Tanaman dalam Pot, yang penyelenggaraannya dilaksanakan tanggal 10 April 2015 bersamaan dengan senam Fun Aerobic. Acara berlangsung sangat meriah yang diikuti segenap civiitas akademika STPMD “APMD” serta para karyawan. Acara diawali sambutan dari Kepala BAU (Ibu Puji), dilanjutkan oleh Ketua Panitia Dies Emas (Ibu Widati) serta Ketua STPMD “APMD” (Bapak Habib Muhsin) sekaligus membuka acara. Adapun kriteria lomba antara lain: Jenis tanaman meliputi tanaman hias, tanaman buah maupun perindang; media pot boleh daur ulang maupun baru; tinggi tanaman dan pot minimal 50cm; tanaman yang dilombakan selanjutnya akan di tanam di  lingkungan kampus STPMD “APMD”. Untuk pemenang lomba tanaman dalam pot sebagai berikut: Juara I: Ibu Minar ( Jambu  pursono), Juara II: Yustin ( Blimbing), Juara III: Haryadi, Juara IV: Yuli Marjianto (Adenium pot tingkat) Juara V: Edi Suryanto (Sonthe ijo)-Humas Hr

Mengukur Kemandirian Desa

Desa mandiri saat ini menjadi isu menarik yang banyak didiskusikan orang. Dalam naskah UU Desa, secara eksplisit tidak dijelaskan konsep maupun ukuran desa mandiri. Karena tidak ada definisi baku, banyak orang maupun institusi selanjutnya  menafsirkan makna kemandirian desa berdasarkan argumentasi masing-masing. Menurut Hastowiyono, secara etimologis, ke(mandiri)an berbeda dengan ke(sendiri)an, berbeda pula dengan ke(diri)an. Ke(sendiri)an berarti mengurus dirinya sendiri tanpa dukungan pemerintah, dan pemerintah membiarkan desa bekerja sendiri dengan kekuatan lokal, misalnya dengan memanfaatkan swadaya masyarakat. Ke(diri)an sering disebut dengan autarchy  atau sikap ego desa yang lebih banyak berorientasi ke dalam (inward looking), yang tidak mau berinteraksi dengan dunia luar. Sedangkan kemandirian dapat diartikan sebagai kapasitas (kemampuan) untuk melakukan upaya-upaya mencapai kehidupan yang lebih sejahtera dengan mengedepankan optimalisasi potensi dirinya, tanpa menggantungkan pada pihak lain. Kemandirian dapat juga dimaknai adanya emansipasi (inisiatif/prakarsa dan kemauan/motivasi dari dalam diri) untuk melakukan upaya-upaya mencapai kehidupan yang sejahtera secara berkelanjutan. Dengan demikian, kemandirian desa berpusat pada kapasitas dan emansipasi lokal, yakni kemampuan, prakarsa dan gerakan desa secara kolektif dalam mengembangkan potensi-aset yang dimiliki. Kalaupun ada keterlibatan dari pihak luar, keterlibatannya lebih bersifat memperkuat atau memberi dukungan energi untuk mempercepat pencapaian tujuan. Konsep kemandirian desa (otonomi desa) juga menunjuk adanya kewenangan desa. Kewenangan desa merupakan hak desa untuk mengatur, mengurus dan bertanggung jawab atas urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat.

Pada bulan Maret – April 2015 ini, tiga institusi yakni BPMPD Kab. Kutai Timur, PT. Kaltim Prima Coal dan PPDB STPMD ”APMD” Yogyakarta bekerjasama menyelenggarakan pengukuran kemandirian desa. Kegiatan dimulai dengan mendiskusikan konsep, variabel, indikator serta instrumen desa mandiri. Diskusi secara marathon dilaksanakan di kampus STPMD ”APMD” Yogyakarta, di Kantor Bupati dan BPMPD Kutai Timur serta di kantor Community Empowerment PT KPC Kutai Timur. Acara dilanjutkan dengan try out     yang diselenggarakan di dua desa yakni desa Sangata Selatan dan desa Swarga Bara. Try out berjalan cukup lancar berkat dukungan dari semua pihak termasuk melibatkan 20 orang personil dari BPMPD Kutim dan PT KPC, sedangkan personil dari PPDB STPMD ”APMD” diwakili 2 orang dosen yakni Hastowiyono dan Suharyanto. Pasca try out, dilakukan pengukuran tingkat kemandirian desa dengan menggunakan pendekatan metode Indeks  berdasarkan hasil  scoring yang dilakukan pada lebih dari 240 pertanyaan. Hasil dari pengukuran didapatkan pengkategorian kemandirian desa berdasarkan nilai atau persentase masing-masing desa. Try out akan segera dilaksanakan di 12 desa dengan berbagai tipologi desa agar didapatkan pembelajaran berharga sebelum dilaksanakan untuk 134 desa se Kutai Timur. Pengukuran kemandirian desa ini menjadi sangat penting sebagai bahan evaluasi diri bagi desa sekaligus mendiagnosis atas berbagai kekurangan dan kelemahan baik dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan, kemasyarakatan serta pemberdayaan masyarakat. Hal ini sangat bermanfaat bagi desa dan supra desa serta para pihak (Perusahaan, LSM, Perguruan Tinggi) untuk melakukan treatmen atas kekurangan dan kelemahan. Ke depan diharapkan akan dicapai kemandirian di banyak desa seperti yang dicita-citakan oleh pemerintahan Jokowi JK melalui Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi. (har)

Pembentukan BUMDesa Bersama

Pada bulan April 2015 ini secara berturut-turut diselenggarakan fasilitasi Pembentukan BUMDesa Bersama di dua Kabupaten di DIY. Kabupaten Sleman menyelenggarakan Workshop Pembentukan BUMDesa Bersama yang diprakarsai oleh Badan KB Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan, sedangkan di Kab. Kulon Progo diprakarsai oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Cahaya Bina Persada. Peserta antara lain berasal dari unsur Pemerintah Desa, BKAD, SKPD terkait, Pengelola UPK serta para mantan pengelola PNPM. Peserta cukup antusias dalam mendiskusikan calon lembaga baru yang diharapkan dapat  mewadahi UPK Dana Bergulir yang selama ini kita kenal dengan nama Simpan Pinjam Perempuan (SPP).

Suharyanto (dosen STPMD ”APMD” Yk) sebagai narasumber mencoba menyelaraskan ketentuan yang mengatur tentang BUMDesa yang diamanahkan dalam UU 6/2014 tentang Desa, PP 43/2014 & Permendes 4/2015 tentang BUMDesa, yang dipadukan dengan Panduan Penataan dan Perlindungan Kegiatan Permodalan PNPM-MPd yang diterbitkan oleh PLT Dirjen PPMD pada tanggal 27 Maret 2015. Pada kedua acara tersebut, narasumber memaparkan Tahapan Pembentukan BUMDesa Bersama (Badan Usaha Milik Antar Desa/BUMADesa), Bagan Organisasi BUMDesa Bersama, serta beberapa unit usaha yang dimungkinkan dibentuk bersamaan dengan Unit Usaha Dana Bergulir/ LKM.  Dalam UU Desa serta PP 43/2014 ditegaskan bahwa ”dalam rangka kerja sama antar-Desa dan pelayanan usaha antar Desa dapat dibentuk BUM Desa Bersama yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih”. Pada tahapan pembentukan BUMDesa Bersama peran Musyawarah Antar Desa (MAD) yang diprakarsai oleh BKAD sangat penting, karena MAD merupakan kekuasaan tertinggi dalam  BUMDesa Bersama.

Berbagai pertanyaan yang sangat menantang muncul dari para peserta untuk didiskusikan seperti bentuk Badan Hukum Unit Usaha yang cocok, kepengurusan BUMDesa Bersama, penyelarasan aturan main di SPP dengan di Unit Usaha dalam wadah yang baru, bagaimana peran pemerintah supra desa, kepemilikan dana bergulir/SPP dll. Para mantan fasilitator PNPM sangat berharap dipilih kembali menjadi pendamping desa agar dapat mengawal transformasi kelembagaan secara baik dari PNPM ke wadah baru. Dana bergulir SPP yang sekarang jumlahnya sudah sangat besar diharapkan semakin memberikan manfaat bagi sebanyak-banyaknya warga desa. (Humas-Har)

Penandatanganan MOU : Kab Kulon Progo, Yayasan Damandiri Dan 10 PTN/PTS Pendamping Posdaya

Pada hari Selasa 14/04/2015, diselenggarakan Penandatanganan MOU antara Pemerntah Kabupaten Kulon Progo – Yayasan Damandiri dan Pimpinan dari 10 PTN/PTS Pendamping Posdaya serta diselenggarakan juga Sarasehan Hasil Pemetaan Keluarga. Hadir pimpinan PTN/PTS dari Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Taman Siswa (UST), Universitas Negeri Yogjakarta (UNY), Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPN), Universitas Janabadra (UJB), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Mercu Buana (UMB), Universitas PGRI, dan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa ‘’APMD’’. Rangkaian acara tersebut diselenggarakan di Gedung Kaca Kabupaten Kulon Progo. Dari Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD’’ Yogyakarta Hadir Ketua (Habib Muhsin), Ketua P3M (Ibu Widati) dan Staf Humas, Pemasaran dan Kerjasama STPMD “APMD”.

Sekolah tinggi Pembangunan Masyarakat Desa ‘’APMD’’ menaruh perhatian kepada pembangunan masyarakat desa melalui program KKN Posdaya, pengabdian kepada masyarakat dan penelitian baik dosen maupun mahasiswa, seluruh civitas akademik yang diharapkan dapat membangun sinergi kerja sama dengan pemerintah dan Yayasan DAMANDIRI dan masyarakat membantu mengentaskan kemiskinan serta keterbelakangan.

Prof. Dr. Haryono Suyono mengajak kalangan akademisi bersama SKPD di bawah komando Bupati Kulonprogo, Camat, dan Lurah/Kepala Desa untuk bersama-sama melaksanakan Posdaya. Beliau menyampaikan bahwa ukuran keberhasilan pembangunan keluarga terletak pada berapa banyak keluarga yang ikut dalam gerak pembangunan. Dalam upaya mengentaskan kemiskinan, satu keluarga kaya wajib mendampingi satu keluarga miskin.

Bupati Kulon Progo dr. Hasto Wardoyo, SpOG. Dalam sambutannya menyampaikan “Kemiskinan di Kulonprogo masih cukup banyak, hal ini akan diselesesaikan dengan program basis data dan pemetaan warga masyarakat. Ada tiga golongan yaitu biru untuk warga masyarakat yang sudah sejahtera, hijau untuk warga masyarakat golongan prasejahtera dan merah untuk warga masyarakat miskin. Kulonprogo akan berbenah diri untuk menjadi Kabupaten yang maju dan mandiri.. (Humas-Al)

Pameran Foto Ekspedisi Bali – IMAKO ROAD TRIP #1

Program Studi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta mengadakan pameran foto karya IMAKO (Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi) dengan tajuk Ekspedisi Bali “IMAKO ROAD TRIP #1″ Yogyakarta – Bali di ruang outdoor teras lab Komunikasi. Banyak foto berkualitas dihasilkan selama melakukan ekspedisi ke Bali, antara lain foto keindahan alam, masyarakat local dan juga kebudayaan  Bali. Kegiatan ini merupakan kreativitas mahasiswa yang didukung oleh Program Studi Ilmu Komunikasi dan Lembaga kampus STPMD ‘’APMD’’ Yogyakarta. Pameran yang dibuka tanggal 24 Maret 2015 ini  merupakan rangkaian dari acara Dies Natalis STPMD ‘’APMD’’ Yogyakarta yang ke 50.

Acara yang dihadiri segenap Dosen, Karyawan dan Mahasiswa pagi itu cukup meriah karena ada hiburan music dan penyajian makanan tradisional bagi para pengunjung. Acara diawali dengan sambutan dari Ketua Prodi Ilmu Komunikasi (Bapak Ade Candra), sambutan dari Panitia Dies Natalis ke 50 (Bapak Hartono) dilanjutkan sambutan dari Ketua STPMD “APMD” sekaligus membuka secara resmi acara ini.

“Kegiatan ini tentu memperlihatkan gerak dinamis para Mahasiswa, dan inilah bentuk kreativitas Mahasiswa yang patut untuk diapresiasi, karena dengan berkreativitas seperti ini mahasiswa bisa semakin berkembang. Lanjutkan kreativitas kalian untuk STPMD “APMD” Yogyakarta”, demikian kata Ketua STPMD “APMD”.  (Har)

Launching Dokumen SPMI

Pada hari Selasa tanggal 31 Maret 2015, Unit Jaminan Mutu (UJM) menyelenggarakan acara Launching Dokumen SPMI yang berlangsung di ruang seminar STPMD “APMD” Yogyakarta. Kegiatan tersebut  berlangsung bertepatan dengan hari ulang tahun Ketua STPMD “APMD” (Bapak Habib Muhsin) dan Ketua UJM (Ibu Lis Utami). Acara dibuka dengan doa dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, penyerahan Dokumen SPMI kepada pengurus Unit Kerja dan diakhiri meninjau ruang UJM serta makan siang dengan menu ”mangut lele”. Acara berlangsung cukup efektif & produktif yang dihadiri segenap Pimpinan, para Dosen serta Karyawan  STPMD ”APMD”. Acara dipandu oleh Bapak Triyanto PR yang dibantu oleh Ibu Rini Dorojati.

Dalam sambutannya, Ketua STPMD ”APMD” menyampaikan bahwa melaunching dokumen itu bukan berarti belum bekerja, tapi UJM  telah mengerjakan dokumen tersebut sebelum melaunching . Hal ini tentu patut menjadi kebanggan karena dokumen itu bisa langsung diproses.  Semoga dokumen itu dijalankan betul dan semoga lancar dalam pelaksanaanya, karena yang namannya siklus kegiatan di Perguruan Tinggi ini harus dilaksanakan dengan rutin.  Untuk melaksanakannya dimulai dari dimilikinya dokumen, yang nantinya menjadi bukti kerja nyata.  Mudah-mudahan budaya mutu ini dapat berjalan dengan baik di STPMD “APMD” serta dapat menumbuhkan semangat agar STPMD “APMD” lebih maju lagi.”  Sementara Ketua UJM (Ibu Lis Utami) menyampaikan bahwa diharapkan UJM dapat mengawal siklus kegiatan di kampus ini menuju kemajuan sesuai motto yang dicanangkan oleh UJM yakni ”Ciptakan Mutu, APMD Pasti Maju”.  Motto tersebut berusaha disosialisasikan kepada segenar warga APMD dalam bentuk sticker yang dibagikan secara cuma-cuma kepada segenap warga di kantor/ruang UJM yang letaknya bersebelahan dengan ruangan Pimpinan STPMD ”APMD”. Semangat terus, semoga kampus pembangunan ini terus maju..amien. (Humas-Har)

Kuliah Tamu “Peran Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat”

KULIAH TAMU “Peran Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat”.

Yogyakarta 12 Maret 2015, STPMD “APMD” Yogyakarta mengadakan Kuliah Tamu dengan mengundang narasumber PR dari  PT SARIHUSADA Ibu Endah Prasetyoningtyas.  Kegiatan tersebut berlangsung diruang seminar STPMD “APMD” dengan mengusung tema “Peran Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat”.

“Seminar kali ini tentu berbeda dengan seminar-seminar yang telah dilaksanakan,  selama ini kami mengundang banyak narasumber yang mengangkat tema tentang jurnalistik tapi untuk kali ini mengangkat tema tentang “PR”, karena dalam prodi komunikasi PR cukup berperan penting,  ketika Mahasiswa akan terjun di suatu  institusi dan bila bekerja bisa menduduki jabatan sebagai seorang PR.” sapa Tri Agus Susanto, S.Pd., M.Si. selaku sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi dalam sambutannya.

 

“Saya melihat di STPMD “APMD” sangatlah kuat rasa bineka tunggal ikanya, dan dari Sabang sampai Merauke bisa berkumpul dikampus ini untuk menuntut ilmu bersama, hal seperti ini baru saya jumpai dikampus ini.  Berbicara tentang pemberdayaan seperti STPMD “APMD”, banyak pegawai Sarihusada yang ikut serta dalam program yang telah terselenggara pada tahun 2012 dan 2013 yaitu tentang program Ayo Melek Gizi.  Program tersebut bertujuan untuk memberdayakan masyarakat supaya memperkuat pemahaman tentang Gizi dan juga nutrisi”. Demikian disampaikan oleh Ibu Endah Prasetyoningtyas selaku PR PT. SARIHUSADA saat mengisi seminar di STPMD “APMD” Yogyakarta.

Endah Prasetyoningtyas PR PT. Sari Husada

Lokakarya Asosiasi Program Studi Ilmu Pemerintahan

 Studi Ilmu Pemerintahan (S-1) dan (S-2) STPMD ”APMD” Yogyakarta, pada tanggal 14 Maret 2015 menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Lokakarya Asosiasi Program Studi Ilmu Pemerintahan Seluruh Indonesia. Lokakarya ini sebagai tindak lajut dari Simposium Nasional Program Studi Ilmu Pemerintahan yang diselenggarakan di Universitas Padjadjaran Bandung pada tanggal 23-24 November 2014. Pada Simposium tersebut disepakati bahwa nama Program Studi nya tetap yakni Ilmu Pemerintahan dan bukan Studi Kepemerintahan, “Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari tentang relasi antara pemerintah (to govern) dan yang diperintah (to be governed) dengan berbagai varian nya”.

Pada lokakarya kali ini dicapai kesepakatan untuk diajukan ke Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi antara lain: Gelar untuk S-1 tetap yakni S.IP., Capaian Pembelajaran dan Kurikulum Inti Nasional yang wajib diajarkan disemua program studi Ilmu Pemerintahan di seluruh Indonesia khususnya untuk jenjang S-1. Selain itu juga disepakati Iuran keanggotaan APSIPI sebesar Rp. 1.200.000,00. (satu juta dua ratus ribu rupiah) untuk setiap tahun. Sebagai bukti keanggotaan akan diberikan sertifikat dari APSIPI yang ditandatangani oleh Ketua Umum APSIPI dan berlaku selama satu tahun terhitung Januari-Desember 2015. Untuk kepesertaan sebagai anggota silahkan transfer ke No Rek. APSIPI 2411201481 BNI Perguruan Tinggi Bandung. Bukti Transfer mohon dikirim ke email apsipi_ipem@yahoo.co.id dan infokan ke no kontak di halaman contact us pada web nya Apsipi.

Lokakarya dihadiri oleh lebih dari 100 orang peserta, mereka adalah segenap pengurus prodi IP baik PTN maupun PTS termasuk IPDN. Acara diawali sambutan oleh Ketua Pelaksana (Dr. R. Widodo Triputro, MM) dan Ketua STPMD ”APMD” (Habib Muhsin, S.Sos., MSi) dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Ketua Apsipi (Prof. Dr. Drs. H. Utang Suwaryo, MA) yang kemudian diserahkan kepada peserta terjauh yang berasal dari Papua. Acara juga dimeriahkan dengan tarian tradisional dari mahasiswa STPMD ”APMD” dan berjalan cukup lancar, sukses dan produktif.

Adapun sekretariat APSIPI ditetapkan di Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Unpad Lt. 3 Gedung D. Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor HP : 082240048555 – 08561900653 e-mail: apsipi_ipem@yahoo.co.id

 

Open chat
Selamat datang dikampus STPMD "APMD".

Kami dari Penerimaan Mahasiswa Baru siap melayani.

Apakah ada yang bisa kami bantu?