Memanfaatkan Sambil Membesarkan, Membesarkan Sambil Memanfaatkan.
Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Karyawan “APMD” hari ini (29/1) dibuka dengan “Kuliah Pendek” tentang sejarah dan ideologi koperasi oleh Ketua STPMD ‘APMD’ Yogyakarta Sutoro Eko. RAT ke XVIII kali ini dihadiri sekitar 108 anggota juga perwakilan dari Dinas Koperasi Kota Yogyakarta.
Ketua APMD mengatakan, koperasi tak lepas dari sosok Robert Owen, orang Inggris anak juragan kapas yang diperoleh dari tanah jajahan, India. Ia juga juragan, besi, kuda. “Pokoknya kaya raya,” ujar Sutoro Eko. Meskipun kaya tapi Owen humanis. Pada 1913 ia menulis buku “A New View of Society, an Essay on the Formation of Human Character.” Pandangan baru tentang masyarakat. Owen termasuk pencetus Sosialisme Utopis.
Sutoro Eko melanjutkan, dalam buku itu beberapa argumen ia kemukakan. Pertama, Owen menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Saat itu Inggris dalam era revolusi industri, di mana banyak melahirkan orang serakah. Kedua, ia berbeda dengan orang liberalisme yang semata mata mengejar kekayaan dan kekuasaan. Ia liberalis yang sosialis. Bahwa manusia itu mempunyai kehendak mewujudkan kebebasan dengan cara mengorganisir diri. Kebebasannya bukan semata-mata individu tetapi juga kebebasan dari penindasan dan kemiskinan. Owen tak hanya menulis buku tapi juga bergerak. Ia memelopori membentuk desa koperasi. Ia menggabungkan spirit berdesa dan spirit berkoperasi. Itu sebuah komunitas di desa, koperasi itu digunakan untuk berproduksi secara mandiri. Produksi pangan, produksi pakaian. Dan kedua, desa koperasi itu dijadikan landasan untuk self governing. Untuk memerintah dirinya sendiri.
Yang kedua, papar Sutoro Eko, Owen memanusiakan buruhnya. Mensejahterakan buruhnya dengan prinsip-prinsip kemanuisaan, bahwa buruh itu bukan alat produksi tetapi sebagai manusia semesta. Dan buruh itu menjadi bagian dari basis gerakan ekonomi masyarakat. Ketiga, pendidik dengan kekayaan ia gunakan untuk mendidik termasuk untuk anak-anak buruh Supaya menjadi manusia merdeka dan tidak ditindas. Keempat, ia memelopori gerakan buruh. Serikat Buruh baik sebagai komunitas yang mendirikan koperasi juga sebagai civil society untuk bernegosiasi dengan juragan. Oleh karena itu di satu sisi ia sebagai Gemeinschaft sebagai juragan, di sisi lain ia berperan sebagai gesellschaft, yang ikut bernegosiasi dengan kapitalisme.
Kelima, gerakan koperasi, oleh karena itu Robert Owen dijuluki sebagai Bapak Koperasi. Perjuangan Owen kemudian dilanjutkan oleh seorang dokter bernama William King. Ia seorang dokter tetapi rajin membaca. Membaca literatur filsafat, politik, ekonomi termasuk buku legendaris yang ditulis oleh Adam Smith ‘The Wealth of Nations’. King kemudian memperluas gerakan Owen. Koperasi lalu mempunyai toko-toko untuk melayani masyarakat. Seperti di Kulonprogo berkembang Tomira (Toko Milik Rakyat). Itu namanya ekspansi koperasi.
Koperasi ideologinya sosialisme tetapi dalam perjalanannya yang namanya sosialisme itu berkembang sedemikian rupa. Kita mengenal di dunia sekarang ada arisan, ada koperasi, ada korporasi. Arisan itu orang berkumpul karena kesamaan keluarga atau hobi. Arisan itu menolong dirinya sendiri. Itu sangat komunitarian. Kalau koperasi itu basisnya sosialisme. Kalau korporasi itu kapitalisme. Perusahaan itu mengejar kekayaan. Kaya dengan cara meningkatkan pertumbuhan. Kalau koperasi mengutamakan social benefit. Mengutamakan pemerataan. Semangant kemakmurannya antara pemerataan dan pertumbuhan. Dalam perjalanannya koperasi itu irisan antara kapitalisme dan sosialisme. Sehingga ia tumbuh menjadi korporasi. Tetapi korporasinya rakyat. Bukan korporasinya juragan. Karena menjadi korporasi lalu koperasi harus tumbuh, kaya dan ekspansi. Selain tetap watak dasarnya memberi manfaat untuk para anggotanya. Tetapi pemiliknya adalah rakyat, para anggotanya sendiri.
Sutoro Eko mengingatkan, karena koperasi memupuk kekayaan maka ada orang menyampaikan kritik. “Ini kalau pinjam di koperasi bukan dipotong gaji tapi dipotong leher.” Itulah dilema koperasi. “Saya ingin memberi fakta di sini. Kita berkoperasi itu artinya memanfaatkan sambil membesarkan, membesarkan sambil memanfaatkan,” tegas Sutoro Eko.. Kalau kita mengikuti jalan sosialis, maka koperasi bisa bangkrut. Bangkrut itu bukan semata-mata manajemen salah urus. Tetapi karena ideologinya semata-mata pemerataan, social benefit. Tanpa memperhatikan pertumbuhan. Tanpa memperhatikan peningkatan aset. Semangat kita berkoperasi adalah memanfaatkan sambil membesarkan, membesarkan sambil memanfaatkan.
Fakta yang kedua, lanjut Ketua APMD, koperasi itu tak hanya mengandung konsumsi tetapi juga edukasi dan investasi. Selama ini banyak dari kita yang hanya memanfaatkan koperasi untuk konsumsi. Mari kita tingkatkan menjadi produksi dan investasi. Kita meminjam uang di koperasi untuk membeli laptop lalu dengan laptop baru kita semangat dan produktif menulis. Atau kita meminjam uang di koperasi untuk membeli handycam lalu menjadi youtuber. Itu artinya menjadi alat produksi untuk investasi. Investasi lain ya untuk sekolah baik sekolah diri sendiri maupun anaknya. Itulah Kopkar Foundation, tetapi untuk investasi pendidikan. Kalau untuk konsusmsi biasanya gali lubang tutup lubang.
Dari Dinas Koperasi Kota Yogyakarta menginformasikan di Kota Yogyakarta ada 45 koperasi sangat berkualitas, 122 koperasi cukup berkualitas dan 17 koperasi tidak berkualitas. Kopkar APMD, menurut bu Probo, masuk dalam kategori cukup berkualitas. Kopkar APMD juga mendapat skor 79,1 atau cukup sehat..