Prodi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta kembali menggelar webinar. Kali ini tentang humas, “Kolaborasi Humas Pemerintah dan Swasta Menghadapi Pasca Pandemi Covid 19.” Tampil sebagai pembicara Surakhman Widyanto, S.Ikom (Kasudbid Multimedia Bidhumas Polda DIY) dan Firdha Irmawanti, M.A (dosen Prodi D3 Humas STIKOM Yogyakarta). Sebagai moderator Martina Yofita Fallo, mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta dan Dr. Yuli Setyowati (dosen Ilmu Komunikasi APMD) tampil sebagai opening speaker.
Surakhman Widyanto yang merupakan alumni Prodi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta mengatakan, tugas bidang humas Polda DIY dalam menghadapi Pandemi Covid 19 adalah melaksanakan manajemen media. Apa saja yang dilakukan? 1. Melaksanakan peliputan dan dokumentasi setiap kegiatan. 2. Mempublikasikan di media maintream, media online dan media sosial. 3. Melakukan penerangan masyarakat dan edukasi. 4. Kerjasama dengan instansi terkait, media massa, media elektronik dan media TV. Dan, 5. Melaksanakan monitoring dan counter opini di media sosial terkait info hoaks.
Langkah bidang humas Polda DIY dalam menyiapkan pasca Pandemi Covid 19 , menurut Surakhman Widyanto, adalah melakukan hal sama seperti saat menghadapi Pandemi Covid 19. Selain itu, kerjasama dengan humas pihak swasta perlu ditingkatkan. Surakhman Widyanto menambahkan, kerjasama atau kolaborasi dengan humas instansi terkait antara lain: saling tukar informasi, kebijakan/regulasi pemerintah, kegiatan Polda dan kegiatan gabungan; penyematan label hoaks apabila ditemukan adanya konten bohong; membuat dan menyebarkan konten edukasi dari kedua pihak. Selain itu, kerjasama dengan swasta misalnya: media mainstream, media online, media sosial (komunitas netizen, komunitas akun plat merah).
Firdha Irmawanti mengutip Prof. Dr. Firmanzah, perkembangan industri PR berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Karena itu, lanjut Firdha, PR harus adaptif menghadapi perubahan yang sangat cepat. Antisipasi yang dilakukan oleh PR saat pandemi berakhir maka PR harus berhadapan pada kondisi titik balik. Kolaborasi menjadi kata kunci yang penting setelah adaptasi. Kompetensi yang dibutuhkan PR pada saat pandemi asalah soft skill kolaborasi dan fleksibilitas tinggi.Bagaimana PR merespon? Menurut Firdha, PR harus memiliki kemampuan mendengarkan (dari banyak sumber). Pernyataan dan strategi diperoleh dari feeding informasi yang benar. PR tidak dapat bekerja sendiri. Jika ingin menyelesaikan pertanyaan how to maka PR harus adaptif dan kolaboratif.
Bagaimana humas swasta berkolaborasi dengan pemerintah menghadapi situasi pasca pandemi? Firdha menggaris bawahi, Jika industri PR sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, maka hal yang harus dikolaborasikan adalah mengenai: dukungan terhadap program pemerintah, kegiatan CSR dan pembangunan infrastruktur digital.Seorang mahasiswa bertanya tentang netizen yang memviralkan tagar percuma lapor polisi. Surakhman Widyanto mengakui bahwa tagar itu menjadi perhatian seluruh jajaran Polri termasuk pimpinan, Cara menangani kasus itu adalah dengan menyelesaikan kasus yang menjadi viral itu. Tentu saja ini tetap ada masalah. Karena itu pihaknya selalu bekerjasama dengan netizen yang bercentang biru (influencer) untuk ikut mengedukasi netizen.
Webinar yang dilaksanakan pada 26 April itu, diikuti oleh sekitar 102 peserta dan dibuka oleh Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Habib Muhsin, S.Sos, M.Si. Dr Yuli Setyowati dalam opening speach-nya mengatakan, dunia humas telah berkembang pesat, dalam menghadapi era pasca pandemi Covid 19 perlu kolaborasi antara pemerintah dan swasta.